Kamis, 21 Mei 2015

hmm...mau nostalgia sama cerpen lama nih....
masih layak buat dibaca gak ya???
by : fitri kurnia


Izinkanku mengukir pelangi untukmu
Terkadang aku bingung menghadapi hidupku yang sulit di mengerti,aku tak bisa memahami apa yang ada dalam hatiku,teriakan-teriakan yang semakin hari semakin miris itu tak sempat ku hiraukan. Awan awan kecil seolah berlari-lari kecil di langit nan biru,seolah mengajakku bercengkrama dengan mereka”buang semua beban di pundakmu,dan berlarilah bersama kami” mereka seolah mengajakku bermain bersama tapi goresan luka yang telah lama ku pendam tak mampu ku taklukkan. Rasanya hidupku berlalu begitu saja tapi jika memang benar begitu adanya,aku adalah orang yang sangat bodoh. Kemilaunya harapan terkadang terlalu mustahil bagiku,yang tersisa hanya sebuah penyesalan.
Sebuah email dari sahabatku membangunkan ku dari lamunan panjang,ku mulai membuka dengan perlahan tapi pasti hingga sebuah surat itu memintaku untuk membacanya ,”assalammu’alaikum,bagaimana kabarnya ukhty? Pasti senang ya,bisa menikmati 4 musim di negeri yang anti dambakan selama ini. Ana juga sedang menikmati buah dari mimpi kita saat menjalin ukhuwah di bangku sma dulu,ana ingin sekali berjumpa dengan ukhty untuk sekedar berbagi pengalaman. Di sini ana punya banyak cerita yang menginspirasi untuk menjalani hidup dengan ikhlas,bagaimana dengan pengalaman ukhty? Ana yakin ukhty juga punya banyak pengalaman menarik di negeri sakura sana. Jujur ukh ana sangat rindu dengan ukhty,tapi ana yakin ukhty masih istiqomah seperti yang dulu.Udah dulu ya ukh,ana tunggu pengalaman menarik dari ukhty. Wassalam…
Ya Allah aku hampir lupa dengan sahabatku sendiri,aku baru sadar ternyata aku terlalu sibuk dengan kegelisahanku sendiri sehingga aku tak sempat memikirkan hal-hal yang berada di sekelilingku. Allah sudah memberikan sebagian mimpiku yang dulunya hanya sebuah catatan kecil dalam diaryku,rasanya sangat sulit untuk mencapainya tapi Allah dengan mudahnya memberikan padaku atas ikhtiarku selama ini. Aku masih tak mampu menikmati nikmat yang indah yang dikaruniakan padaku,kini aku adalah seorang mahasiswi kedokteran yang melanjutkan studi di Universitas Tokyo yang selama ini hanya sebuah ukiran kecil dalam diaryku. Saat ini aku juga di beri kesempatan sebagai salah satu mahasiswi kedokteran yang memperoleh kesempatan menjadi tamu kehormatan dalam sebuah seminar kedokteran internasional yang diadakan di Hokkaido,tapi kenapa rasanya aku masih merasa kurang dan tidak mensyukuri semua yang di titipkan padaku,aku bukan lagi muslimah tangguh yang selalu istiqomah dengan ibadah dan amalan yaumi yang selama ini menjadi senjata utama ku untuk mewujudkan coretan kecil itu menjadi sebuah kenyataan.
“hey tik…kamu ngelamun ya? Ngelamunin apa sih? Oh…..jangan-jangan ngelamunin ikhwan ya?” aku langsung menghentikan ucapan Rafa”hush…kamu tuh kalau ngomong seenak perutmu aja,ntar kalau di dengar sama yang lain kan nggak enak,bisa-bisa semua anak forum jadi sasaran tau nggak…”muka ku merah karena teguran Rafa yang suka asalan,selama ini aku tak sempat sedikit pun memikirkan seorang ikhwan idaman yang akan menemani hidupku karena dalam pikiranku hanya ada ribuan rancangan untuk menggapai mimpi-mimpiku yang terukir indah dalam diaryku. Rafa adalah salah satu sahabat terbaik yang selalu menyemangatiku disaat aku mulai bosan dengan jalan yang aku pilih,disaat aku putus asa dengan semua mimpi-mimpiku. Sepengetahuanku ,Rafa tidak pernah sekalipun mengeluh dengan masalah apapun yang ia hadapi,yang terukir di bibirnya hanya sebuah senyum keceriaan yang mampu meruntuhkan semua kegalauan dihatiku.
“oh ya Raf….nggak terasa bentar lagi kita bakal ninggalin sekolah ini,menempuh hidup baru sebagai seorang mahasiswa. Aku dan kamu juga akan berpisah Raf….”. aku sangat sedih jika membayangkan perpisahanku dengan Rafa,dia adalah sahabat terbaik yang pernah singgah dalam hidupku.”tik,hidup itu ada pertemuan dan ada perpisahan,meskipun kita berpisah tapi kita kan masih bisa saling komunikasi. Aku yakin kamu juga akan mendapatkan pengganti yang lebih baik di luar sana”. Dia menatapku dan tersenyum penuh arti padaku,seolah kami benar-benar akan berpisah.
Hari-hari kami lalui dengan perasaan tak menentu,terkadang cemas memikirkan hasil ujian perguruan tinggi yang kami lalui. Rafa tetap pada keyakinannya untuk melanjutkan ke Universitas Harvard melalui seleksi beasiswa dari pemerintahan Indonesia,sedangkan aku ingin melanjutkan ke Universitas Tokyo melalui jalur beasiswa juga. Sebenarnya jurusan yang kami ambil juga sama yaitu kedokteran,namun kami memilih universitas yang berbeda sesuai dengan mimpi-mimpi kami yang tertulis diatas sebuah kertas.”Tik,nanti kalau kamu lulus di Universitas Tokyo,kita sharing pengalaman ya….aku juga penasaran dengan perpaduan teknologi dan kedokteran yang diterapkan di Universitas Tokyo,nanti aku juga berbagi pengalaman mengenai system kedokteran di Harvard”. Dia tersenyum kecil seperti membayangkan bahwa kami akan mencapai semua itu bersama-sama. Aku terdiam sejenak sebelum merespon pernyataannya,”Raf…apa kamu yakin kalau aku bisa menginjakkan kaki di Universitas Tokyo? Aku ragu Raf,tidak mudah untuk lolos dan kuliah disana apalagi hanya 5 orang yang akan mendapat jatah beasiswa ke sana Raf…”
“tik…nggak ada yang nggak mungkin disaat kita sudah berusaha semaksimal mungkin,aku yakin kita berdua akan menginjakkan kaki di tempat yang kita idam-idamkan selama ini,besok adalah hari bersejarah buat kita Tik…..kita akan melihat nama kita berada di daftar pelajar yang lulus beasiswa ke luar negeri”. Aku sangat kagum dengan keoptimisannya untuk meraih mimpi-mimpi yang telah ia tulis,tak ada sedikitpun rasa pesimis yang terpancar dari wajahnya.
Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba,hari ini menjadi penentu kelangsungan cita-cita kami. Rafa memintaku untuk segera membuka situs resmi seleksi beasiswa ke luar negeri,dengan tangan gemetar aku mencari-cari namaku dalam daftar mahasiswa yang lulus ke Universitas Tokyo,sebenarnya tidak sulit untuk menemukannya karena pelajar yang beruntung itu hanya 5 orang dan Alhamdulillah namaku berada di dalam deretan pelajar yang beruntung itu,aku langsung sujud syukur dan tidak sabar untuk segera memberi tahu umi dan abi tentang berita gembira ini. Di sebelahku ternyata Rafa juga sedang meluapkan rasa bahagianya,ia berlari ke ruang komputerku dan segera memelukku”Tik….aku lulus di Harvard,kamu juga lulus di Un iversitas Tokyo kan Tik…”. Aku terharu karena sangat bahagia dengan semua karunia yang dititipkan Allah padaku,”iya Raf,aku juga lulus….Allah mendengar do’a kita selama ini Raf”. Kami segera pulang untuk memberi tau kabar gembira ini pada orangtua yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk kami. Sesampainya di rumah aku langsung memeluk umi dan menagis di dalam pelukannya,tangisku bukan lagi tangis kesedihan tapi tangis kebahagiaan.”umi…tika lulus di universitas Tokyo mi,terima kasih atas dukungan umi selama ini mi” umiku terdiam sejenak dan mencium pipiku “sayang,umi bangga sama kamu nak..umi akan selalu mendukung cita-cita kamu nak,selama itu tidak menjauhkan kamu dari ridho allah”.
Aku mempersiapkan segala sesuatunya untuk berangkat ke tempat yag aku dambakan,utuk pertama kalinya aku dan keluargaku menginjakkan kaki di negeri sakura yang terkenal dengan kecanggihan teknologinya. aku diantar umi dan abi ke asrama mahasiswa Indonesia,yang juga mendapat beasiswa sama sepertiku. Rencananya hari itu aku juga diantar oleh kedu abang tapi karena mereka juga punya agenda lain yang tidak bisa ditinggalkan akhirnya aku hanya diantar umi dan abi. Saat akan kembali ke Indonesia,umi sangat berat meninggalkanku sendirian di negeri besar ini,”Tika,jaga diri kamu baik-baik ya saying”umi menagis dn memelukku “tika…umi pasti kangen sama kamu nak,walau bagaimanapun kamu tetap anak bungsu umi yang paling manis. Kamu harus sungguh-sungguh belajar disini ya nak”. Aku juga tak sanggup menahan air mata mendengar uacapan umi,”mi.do’ain tika ya…Tika pengen jadi anak yang terbaik buat umi sama abi,tika sayang sama umi dan abi”. Abi yang sedari tadi emperhatikanku dan umi mulai angkat bicara”Tika,jangan lupa tetap istiqomah ya sayang. Ini adalah pilihan kamu,jadi jalani dengan segenap kemampuan yang kamu miliki agar kamu bisa memetik buahnya suatu saat nanti”. Sebelum pulang umi dan abi berpamitan pada penghuni asrama yang lain,beliau menitipkanku pada salah seorang kakak asrama yang juga seorang akhwat. Aku mengantar umi dan abi sampai gerbang asrama,karena di depan sudah ada mobil yang akan mengantar umi ke bandara.
Hari itu ku sempatkan diri untuk melepas rindu dengan Rafa yang sudah berada di Jerman,”assalammu’alaikum Raf” disana terdengar jawaban dari sosok yang aku rindukan”wa’alaikumsalam,bagaimana kabarmu di negeri sakura tik?” aku menjawab dengan penuh semangat”baik Raf,aku bahagia banget hari ini Raf. Bagaimana dengan kamu Raf?”di ujung sana juga terdengar jawaban yang aku inginkan”aku juga bahagia tik,meskipun disini orang seperti kita adalah kaum minoritas tapi aku merasa tetap di hargai”. Tak terasa kami sudah menghabiskan banyak waktu untuk saling melepas rindu. “udah dulu ya Raf,aku mau keliling kampus dulu sebelum mulai kuliah biar ntar aku nggak kesasar”. Rafa tertawa mendengar kata kataku barusan “iya Tik,aku do’ain kamu baik-baik aja disana”
Sederetan kenangan masa lalu bermain di benakku,aku seolah berada di masa-masa awal sebagai seorang mahasiswi. Dengan segera aku memaksakan diri untuk terbangun dari lamunanku,semua ingatan itu membuat ku tersadar akan semua harapan orang tuaku dan orang-orang yang ku sayangi. Tanpa terasa air bening mengalir di pipiku,e-mail dari Rafa membuatku kembali mengulang masa lalu dan yang terpenting ini adalah cara Allah menegurku. Aku mulai merasa bahwa kegelisahanku ini karena aku mulai jauh dari-Nya,pesan abi di awal aku menginjakkan kaki di sini tak pernah ku hiraukan lagi,aku terlalu sibuk mengejar prestasi gemilang yang aku impikan. Permintaan umi agar aku pulang ke Indonesia tahun ini pun tak ku hiraukan,padahal umi hanya ingin merayakan idul fitri bersama di tanah air. Hari itu aku sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk seminar kedokteran regional Jepang di Tokyo,tiba-tiba hp ku bordering melantunkan lagu Jepang favoritku. “assalammu’alaikum,Tika….bagaimana kabarmu nak.” Aku menjawab telepon umi dengan nada datar dan tanpa ekspresi sedikitpun”wa’alaikuksalam,baik mi.ada apa umi?” umi tak tahan menyimpan kerinduannya padaku”sayang ,idul fitri tahun ini kamu pulang kan?umi kangen sama kamu nak,tahun kemaren kamu juga melalui idul fitri di sana,padahal seandainya kamu tau sebenarnya umi sangat rindu padamu nak.”aku menjawab pertanyaan umi dengan nada seolah tak ada kerinduan untuk bertemu dengan umi”mi….tahun ini Tika kayaknya nggak bisa pulang mi ,soalnya Tika terpilih dari kampus untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa ke Kanada selama 2 minggu,jadi mungkin Tika lebaran di Kanada mi.” umi hanya diam mendengar ucapanku,seolah ia tak punya kekuatan untuk memaksaku pulang ke tanah air.
Ya Allah,ternyata aku telah menyakiti hati wanita yang sangat aku sayangi,yang selalu tersenyum meski aku berbuat salah,yang menemaniku di saat aku jatuh sakit. Inikah balasan dari seorang anak pada ibu yang sangat mencintainya?. Hari itu entah kenapa,aku berniat membatalkan semua agenda yang diserahi pihak kampus padaku,aku ingin pulang ke tanah air untuk merayakan idul fitri bersama keluargaku. aku membalas E-mail Rafa dengan perasaan senang,karena aku telah menemukan sahabatku yang hampir hilang dalam ingatanku, akhirnya sebuah surat singkat dan bermakna itu ku kirimkan pada Rafa.
Assalammu’alaikum ukhty….
Terima kasih atas teguran yang ukhty berikan,mungkin ukhty heran dengan pernyataan ana tapi inilah yang ana rasa ukh. E-mail ukhty telah menyadarkan ana betapa ana tak pernah lagi peduli dengan orang-orang yang selalu memotivasi ana hingga menjadi seperti ini. Ukhty ,afwan jiddan karena ana tak pernah lagi menghubungi ukhty,membalas semua sms ukhty karena ana disibukkan oleh hal-hal yang ana impikan selama ini. Ana hampir lupa dengan kenangan kita saat bersama dulu ukh.Sejak ana menjadi salah satu mahasiswa berprestasi di kampus,ana diserahi berbagai tanggung jawab dan utusan kampus untuk mengikuti berbagai kompetisi dan lainnya,saat itu ana memang tak sempat memikirkan orang-orang terdekat yang selalu mendukung ana,bahkan kerinduan untuk bertemu umi pun semakin menipis. Rencananya tahun ini ana pulang ke tanah air untuk merayakan idul fitri bersama keluarga ukh,bagaimana dengan ukhty? Kalau ada kesempatan ana ingin sekali bertemu dengan ukhty,ana sangat merindukan ukhty. Apa ukhty juga merindukan ana? Ana yakin kalau ukhty masih Rafa yang ana kenal dulu,yang selalu ceria meskipun di rundung masalah,yang selalu mengingatkan ana disaat ana ingin berhenti melangkah,                                    
 Wassalam,sahabatmu
Atiqah Raudhatunnisa
Aku berharap orang-orang yang ku cintai memaafkan semua kekhilafanku,Rafa,umi,abi dan saudarak. Setelah memesan tiket dan berkas lainnya,akhirnya aku berangkat ke tanah air 2 hari menjelang lebaran,tak sabar rasanya meluapkan kerinduanku pada umi,abi dan saudaraku setelah 2 tahun aku tak pernah pulang ke tanah air. Aku sengaja tidak memberi tahu umi bahwa aku akan berlebaran di rumah,aku ingin memberikan surprise untuk beliau.
Perjalanan ke tanah air terasa sangat lama bagiku,aku sangat merindukan orangtua dan saudaraku. Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya pesawat yang kutumpangi mendarat di sebuah bandara internasional di kota kediamanku. Setelah selesai shalat ashar aku langsung menunggu taxi di depan bandara,dan Alhamdulillah setelah beberapa menit menunggu akhirnya ada taxi yang bisa ku tumpangi.di sepanjang perjalanan aku memperhatikan bangunan-bangunan yang dulunya taka sing bagiku,kini segalanya sudah mulai berubah. Saat taxiku memasuki pekarangan ruamah,aku tak mampu menahan air mata yang menetes ke pipiku.
Setelah menyelesaikan urusan dengan sopir taxi,aku melangkah pelan ke depan rumah dan disana ternyata umi sedang merawat mawar kesayangannya. Aku berdiri mematung hingga umi menyadari kedatanganku”Tika……kamu pulang sayang..” tanpa ragu lagi aku segera memeluk umi dan mencium keningnya,tangis haru pecah seketika.”umi tika kangen sama umi,maafin kekhilafan tika umi,tika nggak mikirin perasaan umi Selama ini” umi mengusap air mataku dan menuntunku masuk ke dalam rumah,ternyata disana sudah ada abi dan kedua abangku,aku berlari kea rah abi dan memeluknya erat”abi,tika kangen sama abi….tika minta maaf karena tika jarang menghubungi abi”,abi tersenyum padaku dan mengusap kepalaku”nak…abi sudah memaafkan kamu jauh sebelum kamu menyadari kesalahan kamu,walau bagaimanapun kamu tetap anak kebanggaan umi dan abi,kami semua bangga dengan prestasi kamu nak…”aku menghampiri bang Irwan dan bang hafiz untuk meminta maaf karena aku belum bisa menjadi adik yang baik seperti yang mereka harapkan.
“tika,kamu udah jadi adik kebanggaan kita berdua. Abang bangga atas semua prestasi yang kamu raih,tapi ingat hal itu jangan sampai menjauhkan kita dari allah dan keluarga. Abang yakin kamu sudah mendapat banyak pelajaran kehidupan disana”. Aku hanya terdiam mengingat semua kekhilafanku. Hari itu aku menghabiskan waktu di rumah membantu umi menyiapkan makanan untuk berbuka nanti. Rasanya kegelisahanku hilang seketika,aku merasakan sesuatu yang hampir hilang dalam hidupku,kebahagiaan. Malam harinya kami melaksanakan tarawih ke masjid yang tak jauh dari rumah,aku berjalan beriringan bersama umi sambil bersilahturrahmi dengan warga yang lain.
ada satu hal yang akan melengkapi kebahagiaanku saat ini,Rafa. Ya ,aku sangat rindu padanya mungkin sebaiknya aku menanyakan kabar Rafa langsung pada ibunya karena e-mail,dan sms ku tak pernah dib alas. Aku meminta izin pada ibu untuk berkunjung ke rumah Rafa yang cukup jauh dari rumahku,tak lama kemudian aku sampai di tempat tujuan. Dari luar kelihatannya rumah Rafa sepi,seperti tak ada penghuninya namun ku beranikan diri memencet bel di depan pintu rumahnya. Aku mendengar langkah seseorang kearah pintu,mudah-mudahan saja itu orang tua Rafa. Ternyata dugaanku salah,yang membukakan pintu adalah bi Ati yang membantu meringankan tugas rumah tangga ibu Rafa.” Nak Tika ya…?” aku menjawab pertanyaan Bi ati sekena saja “ya bi,ibu ada bi?” bi ati terdiam seketika membuat perasaanku semakin tidak enak,ada apa ini?
“ibu nggak di rumah nak,ibu sekarang nemenin non Rafa di rumah sakit”,aku kaget dengan pernyataan bi Ati,sejak kapan Rafa sakit dan kenapa aku tak tahu sama sekali “Rafa sakit apa bi? Sejak kapan rafa di rawat?kok saya nggak tau bi…” bi ati bingung mendengar pertanyaanku yang bertubi-tubi tapi ia dengan sabar menjawab pertanyaanku” non Rafa di rawat seminggu yang lalu nak,sebenarnya non Rafa juga sudah pernah di rawat di Jerman tapi karena orang tuanya ingin non Rafa pulang ke tanah air untuk konsentrasi dalam penyembuahn penyakitnya,akhirnya non Rafa berhenti kuliah untuk sementara dan pulang ke Indonesia. Beberapa hari terakhir keadaanya cukup membaik,tapi 2 hari yang lalu penyakitnya kambuh dan di pindahkan ke UGD.” Aku seakan tak percaya dengan semua ini,kenapa orang sebaik Rafa harus mengalami ini semua. Aku menanyakan rumah sakit tempat rafa di rawat dan segera menyusul Rafa ke sana.
Setibanya di Rumah sakit,aku menanyakan kamar tempat Rafa di rawat pada salah seorang suster yang ada di sana. Di sebuah kamar bertuliskan VIP 1,aku melihat rafa terbaring tak berdaya,tangis ku meledak seketika,aku tak sanggup melihat sahabat yang aku sayang harus menderita seperti ini. Tiba-tiba ibu rafa muncul di hadapanku,ia memeluk tubuhku erat dan menenangkanku”Tika,kamu harus sabar ya…Rafa pernah bilang sama Ibu kalau ia sangat merindukan senyum kamu,Rafa tidak ingin memberitahukan semua ini padamu karena dia tidak ingin kamu bersedih nak”. Aku berusaha tegar dan menghampiri Rafa yang terbaring di sebuah ranjang berwarna putih,perlahan ia membuka matanya dan tersenyum padaku “tik,kamu makin cantik ya….aku bangga punya teman seperti kamu tik.” Rasanya aku tak sanggup melihatnya seperti ini,ingin rasanya aku berlari dan menjauh,aku sangat menyayangi Rafa seperti saudaraku sendiri. Aku masih terdiam mendengar Rafa,mulutku seolah terkunci tak mampu berkata apa-apa.
“tik,aku pengen benget liat kamu jadi pembicara dalam seminar internasional seperti yang kamu impikan selama ini. Tik aku pengen banget menikmati keindahan pelangi bersamamu seperti dulu,berkhayal untuk terbang mengelilingi pelangi yang indah”. Aku memaksakan diri tersenyum meski sebenarnya aku merasa sangat sakit melihat sahabatku terbaring seperti ini,”Raf,aku mungkin tak mampu menjadi seindah pelangi yang kamu kagumi,tapi aku akan berusaha melukis pelangi untukmu,yang akan selalu menjadi kenangan dalam hidupmu. Aku akan melukis pelangi itu lewat mimpi-mimpiku Raf.” Rafa kembali tersenyum padaku “tik,aku percaya padamu,aku percaya kau akan melukis pelangi untukku,a…ku percaya.. tapi aku nggak akan sempat melihat kaindahan lukisan pelangimu tik,alangkah baiknya kau melukis pelangi untuk wanita yang selama ini merawatmu tik,yang mencurah kan cintanya padamu. A..ku….percaya kamu bisa melakukannya Tika”. Aku hanya diam menahan air mata ku,sesaat kemudian Rafa mengucapkan asmaul husna dan kalimat tauhid,kemudian aku tak lagi mendengar suaranya,Rafa telah pergi untuk selamanya. Ibu Rafa yang sedari tadi menemaniku seolah telah siap dengan segala kemungkinan yang terjadi,bahkan beliau yang menenangkanku”Tika,relakan Rafa nak…agar jalannya di permudah oleh Allah. Sekarang Rafa bukan milik kita lagi,dia sudah kembali ke pangkuan sang pencipta”. Aku tak mampu lagi menahan tangisku,aku belum sanggup berpisah dengan Rafa untuk selamanya,masih banyak yang ingin kubagi dengannya.
Rafa di makamkan besok harinya setelah shalat idulfitri,aku dan orang tuaku ikut mengantar jenazah Rafa ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Aku juga baru tau ternyata Rafa mengidap kanker leukemia stadium akhir,aku tak pernah menyangka sahabatku menderita penyakit ganas ini. Aku mencoba merelakan kepergiannya,allah lebih menyayanginya daripada kami semua,” selamat jalan sahabat…..akan ku tunaikan janjiku padamu”.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar