hmm...mau nostalgia sama cerpen lama nih....
masih layak buat dibaca gak ya???
by : fitri kurnia
Izinkanku
mengukir pelangi untukmu
Terkadang
aku bingung menghadapi hidupku yang sulit di mengerti,aku tak bisa memahami apa
yang ada dalam hatiku,teriakan-teriakan yang semakin hari semakin miris itu tak
sempat ku hiraukan. Awan awan kecil seolah berlari-lari kecil di langit nan
biru,seolah mengajakku bercengkrama dengan mereka”buang semua beban di pundakmu,dan
berlarilah bersama kami” mereka seolah mengajakku bermain bersama tapi goresan
luka yang telah lama ku pendam tak mampu ku taklukkan. Rasanya hidupku berlalu
begitu saja tapi jika memang benar begitu adanya,aku adalah orang yang sangat
bodoh. Kemilaunya harapan terkadang terlalu mustahil bagiku,yang tersisa hanya
sebuah penyesalan.
Sebuah
email dari sahabatku membangunkan ku dari lamunan panjang,ku mulai membuka
dengan perlahan tapi pasti hingga sebuah surat itu memintaku untuk membacanya
,”assalammu’alaikum,bagaimana kabarnya ukhty? Pasti senang ya,bisa menikmati 4
musim di negeri yang anti dambakan selama ini. Ana juga sedang menikmati buah
dari mimpi kita saat menjalin ukhuwah di bangku sma dulu,ana ingin sekali
berjumpa dengan ukhty untuk sekedar berbagi pengalaman. Di sini ana punya
banyak cerita yang menginspirasi untuk menjalani hidup dengan ikhlas,bagaimana
dengan pengalaman ukhty? Ana yakin ukhty juga punya banyak pengalaman menarik
di negeri sakura sana. Jujur ukh ana sangat rindu dengan ukhty,tapi ana yakin
ukhty masih istiqomah seperti yang dulu.Udah dulu ya ukh,ana tunggu pengalaman
menarik dari ukhty. Wassalam…
Ya
Allah aku hampir lupa dengan sahabatku sendiri,aku baru sadar ternyata aku
terlalu sibuk dengan kegelisahanku sendiri sehingga aku tak sempat memikirkan
hal-hal yang berada di sekelilingku. Allah sudah memberikan sebagian mimpiku
yang dulunya hanya sebuah catatan kecil dalam diaryku,rasanya sangat sulit
untuk mencapainya tapi Allah dengan mudahnya memberikan padaku atas ikhtiarku selama
ini. Aku masih tak mampu menikmati nikmat yang indah yang dikaruniakan
padaku,kini aku adalah seorang mahasiswi kedokteran yang melanjutkan studi di
Universitas Tokyo yang selama ini hanya sebuah ukiran kecil dalam diaryku. Saat
ini aku juga di beri kesempatan sebagai salah satu mahasiswi kedokteran yang
memperoleh kesempatan menjadi tamu kehormatan dalam sebuah seminar kedokteran
internasional yang diadakan di Hokkaido,tapi kenapa rasanya aku masih merasa
kurang dan tidak mensyukuri semua yang di titipkan padaku,aku bukan lagi
muslimah tangguh yang selalu istiqomah dengan ibadah dan amalan yaumi yang
selama ini menjadi senjata utama ku untuk mewujudkan coretan kecil itu menjadi
sebuah kenyataan.
“hey
tik…kamu ngelamun ya? Ngelamunin apa sih? Oh…..jangan-jangan ngelamunin ikhwan
ya?” aku langsung menghentikan ucapan Rafa”hush…kamu tuh kalau ngomong seenak
perutmu aja,ntar kalau di dengar sama yang lain kan nggak enak,bisa-bisa semua
anak forum jadi sasaran tau nggak…”muka ku merah karena teguran Rafa yang suka
asalan,selama ini aku tak sempat sedikit pun memikirkan seorang ikhwan idaman
yang akan menemani hidupku karena dalam pikiranku hanya ada ribuan rancangan
untuk menggapai mimpi-mimpiku yang terukir indah dalam diaryku. Rafa adalah
salah satu sahabat terbaik yang selalu menyemangatiku disaat aku mulai bosan
dengan jalan yang aku pilih,disaat aku putus asa dengan semua mimpi-mimpiku.
Sepengetahuanku ,Rafa tidak pernah sekalipun mengeluh dengan masalah apapun
yang ia hadapi,yang terukir di bibirnya hanya sebuah senyum keceriaan yang
mampu meruntuhkan semua kegalauan dihatiku.
“oh
ya Raf….nggak terasa bentar lagi kita bakal ninggalin sekolah ini,menempuh
hidup baru sebagai seorang mahasiswa. Aku dan kamu juga akan berpisah Raf….”.
aku sangat sedih jika membayangkan perpisahanku dengan Rafa,dia adalah sahabat
terbaik yang pernah singgah dalam hidupku.”tik,hidup itu ada pertemuan dan ada
perpisahan,meskipun kita berpisah tapi kita kan masih bisa saling komunikasi.
Aku yakin kamu juga akan mendapatkan pengganti yang lebih baik di luar sana”.
Dia menatapku dan tersenyum penuh arti padaku,seolah kami benar-benar akan
berpisah.
Hari-hari
kami lalui dengan perasaan tak menentu,terkadang cemas memikirkan hasil ujian
perguruan tinggi yang kami lalui. Rafa tetap pada keyakinannya untuk
melanjutkan ke Universitas Harvard melalui seleksi beasiswa dari pemerintahan
Indonesia,sedangkan aku ingin melanjutkan ke Universitas Tokyo melalui jalur
beasiswa juga. Sebenarnya jurusan yang kami ambil juga sama yaitu kedokteran,namun
kami memilih universitas yang berbeda sesuai dengan mimpi-mimpi kami yang
tertulis diatas sebuah kertas.”Tik,nanti kalau kamu lulus di Universitas
Tokyo,kita sharing pengalaman ya….aku juga penasaran dengan perpaduan teknologi
dan kedokteran yang diterapkan di Universitas Tokyo,nanti aku juga berbagi
pengalaman mengenai system kedokteran di Harvard”. Dia tersenyum kecil seperti
membayangkan bahwa kami akan mencapai semua itu bersama-sama. Aku terdiam
sejenak sebelum merespon pernyataannya,”Raf…apa kamu yakin kalau aku bisa
menginjakkan kaki di Universitas Tokyo? Aku ragu Raf,tidak mudah untuk lolos
dan kuliah disana apalagi hanya 5 orang yang akan mendapat jatah beasiswa ke
sana Raf…”
“tik…nggak
ada yang nggak mungkin disaat kita sudah berusaha semaksimal mungkin,aku yakin
kita berdua akan menginjakkan kaki di tempat yang kita idam-idamkan selama
ini,besok adalah hari bersejarah buat kita Tik…..kita akan melihat nama kita
berada di daftar pelajar yang lulus beasiswa ke luar negeri”. Aku sangat kagum
dengan keoptimisannya untuk meraih mimpi-mimpi yang telah ia tulis,tak ada
sedikitpun rasa pesimis yang terpancar dari wajahnya.
Hari
yang di tunggu-tunggu pun tiba,hari ini menjadi penentu kelangsungan cita-cita
kami. Rafa memintaku untuk segera membuka situs resmi seleksi beasiswa ke luar
negeri,dengan tangan gemetar aku mencari-cari namaku dalam daftar mahasiswa
yang lulus ke Universitas Tokyo,sebenarnya tidak sulit untuk menemukannya
karena pelajar yang beruntung itu hanya 5 orang dan Alhamdulillah namaku berada
di dalam deretan pelajar yang beruntung itu,aku langsung sujud syukur dan tidak
sabar untuk segera memberi tahu umi dan abi tentang berita gembira ini. Di sebelahku
ternyata Rafa juga sedang meluapkan rasa bahagianya,ia berlari ke ruang
komputerku dan segera memelukku”Tik….aku lulus di Harvard,kamu juga lulus di Un
iversitas Tokyo kan Tik…”. Aku terharu karena sangat bahagia dengan semua
karunia yang dititipkan Allah padaku,”iya Raf,aku juga lulus….Allah mendengar
do’a kita selama ini Raf”. Kami segera pulang untuk memberi tau kabar gembira
ini pada orangtua yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk kami.
Sesampainya di rumah aku langsung memeluk umi dan menagis di dalam
pelukannya,tangisku bukan lagi tangis kesedihan tapi tangis
kebahagiaan.”umi…tika lulus di universitas Tokyo mi,terima kasih atas dukungan
umi selama ini mi” umiku terdiam sejenak dan mencium pipiku “sayang,umi bangga
sama kamu nak..umi akan selalu mendukung cita-cita kamu nak,selama itu tidak
menjauhkan kamu dari ridho allah”.
Aku
mempersiapkan segala sesuatunya untuk berangkat ke tempat yag aku dambakan,utuk
pertama kalinya aku dan keluargaku menginjakkan kaki di negeri sakura yang
terkenal dengan kecanggihan teknologinya. aku diantar umi dan abi ke asrama
mahasiswa Indonesia,yang juga mendapat beasiswa sama sepertiku. Rencananya hari
itu aku juga diantar oleh kedu abang tapi karena mereka juga punya agenda lain
yang tidak bisa ditinggalkan akhirnya aku hanya diantar umi dan abi. Saat akan
kembali ke Indonesia,umi sangat berat meninggalkanku sendirian di negeri besar
ini,”Tika,jaga diri kamu baik-baik ya saying”umi menagis dn memelukku “tika…umi
pasti kangen sama kamu nak,walau bagaimanapun kamu tetap anak bungsu umi yang
paling manis. Kamu harus sungguh-sungguh belajar disini ya nak”. Aku juga tak
sanggup menahan air mata mendengar uacapan umi,”mi.do’ain tika ya…Tika pengen
jadi anak yang terbaik buat umi sama abi,tika sayang sama umi dan abi”. Abi
yang sedari tadi emperhatikanku dan umi mulai angkat bicara”Tika,jangan lupa
tetap istiqomah ya sayang. Ini adalah pilihan kamu,jadi jalani dengan segenap
kemampuan yang kamu miliki agar kamu bisa memetik buahnya suatu saat nanti”.
Sebelum pulang umi dan abi berpamitan pada penghuni asrama yang lain,beliau
menitipkanku pada salah seorang kakak asrama yang juga seorang akhwat. Aku
mengantar umi dan abi sampai gerbang asrama,karena di depan sudah ada mobil
yang akan mengantar umi ke bandara.
Hari
itu ku sempatkan diri untuk melepas rindu dengan Rafa yang sudah berada di
Jerman,”assalammu’alaikum Raf” disana terdengar jawaban dari sosok yang aku
rindukan”wa’alaikumsalam,bagaimana kabarmu di negeri sakura tik?” aku menjawab
dengan penuh semangat”baik Raf,aku bahagia banget hari ini Raf. Bagaimana
dengan kamu Raf?”di ujung sana juga terdengar jawaban yang aku inginkan”aku
juga bahagia tik,meskipun disini orang seperti kita adalah kaum minoritas tapi
aku merasa tetap di hargai”. Tak terasa kami sudah menghabiskan banyak waktu
untuk saling melepas rindu. “udah dulu ya Raf,aku mau keliling kampus dulu
sebelum mulai kuliah biar ntar aku nggak kesasar”. Rafa tertawa mendengar kata
kataku barusan “iya Tik,aku do’ain kamu baik-baik aja disana”
Sederetan
kenangan masa lalu bermain di benakku,aku seolah berada di masa-masa awal
sebagai seorang mahasiswi. Dengan segera aku memaksakan diri untuk terbangun
dari lamunanku,semua ingatan itu membuat ku tersadar akan semua harapan orang
tuaku dan orang-orang yang ku sayangi. Tanpa terasa air bening mengalir di
pipiku,e-mail dari Rafa membuatku kembali mengulang masa lalu dan yang
terpenting ini adalah cara Allah menegurku. Aku mulai merasa bahwa
kegelisahanku ini karena aku mulai jauh dari-Nya,pesan abi di awal aku menginjakkan
kaki di sini tak pernah ku hiraukan lagi,aku terlalu sibuk mengejar prestasi
gemilang yang aku impikan. Permintaan umi agar aku pulang ke Indonesia tahun
ini pun tak ku hiraukan,padahal umi hanya ingin merayakan idul fitri bersama di
tanah air. Hari itu aku sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk seminar
kedokteran regional Jepang di Tokyo,tiba-tiba hp ku bordering melantunkan lagu
Jepang favoritku. “assalammu’alaikum,Tika….bagaimana kabarmu nak.” Aku menjawab
telepon umi dengan nada datar dan tanpa ekspresi
sedikitpun”wa’alaikuksalam,baik mi.ada apa umi?” umi tak tahan menyimpan
kerinduannya padaku”sayang ,idul fitri tahun ini kamu pulang kan?umi kangen
sama kamu nak,tahun kemaren kamu juga melalui idul fitri di sana,padahal
seandainya kamu tau sebenarnya umi sangat rindu padamu nak.”aku menjawab
pertanyaan umi dengan nada seolah tak ada kerinduan untuk bertemu dengan
umi”mi….tahun ini Tika kayaknya nggak bisa pulang mi ,soalnya Tika terpilih
dari kampus untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa ke Kanada selama 2
minggu,jadi mungkin Tika lebaran di Kanada mi.” umi hanya diam mendengar
ucapanku,seolah ia tak punya kekuatan untuk memaksaku pulang ke tanah air.
Ya
Allah,ternyata aku telah menyakiti hati wanita yang sangat aku sayangi,yang
selalu tersenyum meski aku berbuat salah,yang menemaniku di saat aku jatuh
sakit. Inikah balasan dari seorang anak pada ibu yang sangat mencintainya?.
Hari itu entah kenapa,aku berniat membatalkan semua agenda yang diserahi pihak
kampus padaku,aku ingin pulang ke tanah air untuk merayakan idul fitri bersama
keluargaku. aku membalas E-mail Rafa dengan perasaan senang,karena aku telah
menemukan sahabatku yang hampir hilang dalam ingatanku, akhirnya sebuah surat
singkat dan bermakna itu ku kirimkan pada Rafa.
Assalammu’alaikum ukhty….
Terima kasih atas teguran yang
ukhty berikan,mungkin ukhty heran dengan pernyataan ana tapi inilah yang ana
rasa ukh. E-mail ukhty telah menyadarkan ana betapa ana tak pernah lagi peduli
dengan orang-orang yang selalu memotivasi ana hingga menjadi seperti ini. Ukhty
,afwan jiddan karena ana tak pernah lagi menghubungi ukhty,membalas semua sms
ukhty karena ana disibukkan oleh hal-hal yang ana impikan selama ini. Ana hampir
lupa dengan kenangan kita saat bersama dulu ukh.Sejak ana menjadi salah satu
mahasiswa berprestasi di kampus,ana diserahi berbagai tanggung jawab dan utusan
kampus untuk mengikuti berbagai kompetisi dan lainnya,saat itu ana memang tak
sempat memikirkan orang-orang terdekat yang selalu mendukung ana,bahkan
kerinduan untuk bertemu umi pun semakin menipis. Rencananya tahun ini ana
pulang ke tanah air untuk merayakan idul fitri bersama keluarga ukh,bagaimana
dengan ukhty? Kalau ada kesempatan ana ingin sekali bertemu dengan ukhty,ana
sangat merindukan ukhty. Apa ukhty juga merindukan ana? Ana yakin kalau ukhty
masih Rafa yang ana kenal dulu,yang selalu ceria meskipun di rundung
masalah,yang selalu mengingatkan ana disaat ana ingin berhenti melangkah,
Wassalam,sahabatmu
Atiqah Raudhatunnisa
Aku
berharap orang-orang yang ku cintai memaafkan semua kekhilafanku,Rafa,umi,abi
dan saudarak. Setelah memesan tiket dan berkas lainnya,akhirnya aku berangkat
ke tanah air 2 hari menjelang lebaran,tak sabar rasanya meluapkan kerinduanku
pada umi,abi dan saudaraku setelah 2 tahun aku tak pernah pulang ke tanah air.
Aku sengaja tidak memberi tahu umi bahwa aku akan berlebaran di rumah,aku ingin
memberikan surprise untuk beliau.
Perjalanan
ke tanah air terasa sangat lama bagiku,aku sangat merindukan orangtua dan
saudaraku. Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya pesawat yang kutumpangi
mendarat di sebuah bandara internasional di kota kediamanku. Setelah selesai
shalat ashar aku langsung menunggu taxi di depan bandara,dan Alhamdulillah
setelah beberapa menit menunggu akhirnya ada taxi yang bisa ku tumpangi.di
sepanjang perjalanan aku memperhatikan bangunan-bangunan yang dulunya taka sing
bagiku,kini segalanya sudah mulai berubah. Saat taxiku memasuki pekarangan
ruamah,aku tak mampu menahan air mata yang menetes ke pipiku.
Setelah
menyelesaikan urusan dengan sopir taxi,aku melangkah pelan ke depan rumah dan
disana ternyata umi sedang merawat mawar kesayangannya. Aku berdiri mematung
hingga umi menyadari kedatanganku”Tika……kamu pulang sayang..” tanpa ragu lagi
aku segera memeluk umi dan mencium keningnya,tangis haru pecah seketika.”umi
tika kangen sama umi,maafin kekhilafan tika umi,tika nggak mikirin perasaan umi
Selama ini” umi mengusap air mataku dan menuntunku masuk ke dalam
rumah,ternyata disana sudah ada abi dan kedua abangku,aku berlari kea rah abi
dan memeluknya erat”abi,tika kangen sama abi….tika minta maaf karena tika
jarang menghubungi abi”,abi tersenyum padaku dan mengusap kepalaku”nak…abi
sudah memaafkan kamu jauh sebelum kamu menyadari kesalahan kamu,walau
bagaimanapun kamu tetap anak kebanggaan umi dan abi,kami semua bangga dengan
prestasi kamu nak…”aku menghampiri bang Irwan dan bang hafiz untuk meminta maaf
karena aku belum bisa menjadi adik yang baik seperti yang mereka harapkan.
“tika,kamu
udah jadi adik kebanggaan kita berdua. Abang bangga atas semua prestasi yang
kamu raih,tapi ingat hal itu jangan sampai menjauhkan kita dari allah dan
keluarga. Abang yakin kamu sudah mendapat banyak pelajaran kehidupan disana”.
Aku hanya terdiam mengingat semua kekhilafanku. Hari itu aku menghabiskan waktu
di rumah membantu umi menyiapkan makanan untuk berbuka nanti. Rasanya
kegelisahanku hilang seketika,aku merasakan sesuatu yang hampir hilang dalam
hidupku,kebahagiaan. Malam harinya kami melaksanakan tarawih ke masjid yang tak
jauh dari rumah,aku berjalan beriringan bersama umi sambil bersilahturrahmi
dengan warga yang lain.
ada
satu hal yang akan melengkapi kebahagiaanku saat ini,Rafa. Ya ,aku sangat rindu
padanya mungkin sebaiknya aku menanyakan kabar Rafa langsung pada ibunya karena
e-mail,dan sms ku tak pernah dib alas. Aku meminta izin pada ibu untuk
berkunjung ke rumah Rafa yang cukup jauh dari rumahku,tak lama kemudian aku
sampai di tempat tujuan. Dari luar kelihatannya rumah Rafa sepi,seperti tak ada
penghuninya namun ku beranikan diri memencet bel di depan pintu rumahnya. Aku
mendengar langkah seseorang kearah pintu,mudah-mudahan saja itu orang tua Rafa.
Ternyata dugaanku salah,yang membukakan pintu adalah bi Ati yang membantu
meringankan tugas rumah tangga ibu Rafa.” Nak Tika ya…?” aku menjawab
pertanyaan Bi ati sekena saja “ya bi,ibu ada bi?” bi ati terdiam seketika
membuat perasaanku semakin tidak enak,ada apa ini?
“ibu
nggak di rumah nak,ibu sekarang nemenin non Rafa di rumah sakit”,aku kaget
dengan pernyataan bi Ati,sejak kapan Rafa sakit dan kenapa aku tak tahu sama
sekali “Rafa sakit apa bi? Sejak kapan rafa di rawat?kok saya nggak tau bi…” bi
ati bingung mendengar pertanyaanku yang bertubi-tubi tapi ia dengan sabar
menjawab pertanyaanku” non Rafa di rawat seminggu yang lalu nak,sebenarnya non
Rafa juga sudah pernah di rawat di Jerman tapi karena orang tuanya ingin non Rafa
pulang ke tanah air untuk konsentrasi dalam penyembuahn penyakitnya,akhirnya
non Rafa berhenti kuliah untuk sementara dan pulang ke Indonesia. Beberapa hari
terakhir keadaanya cukup membaik,tapi 2 hari yang lalu penyakitnya kambuh dan
di pindahkan ke UGD.” Aku seakan tak percaya dengan semua ini,kenapa orang
sebaik Rafa harus mengalami ini semua. Aku menanyakan rumah sakit tempat rafa
di rawat dan segera menyusul Rafa ke sana.
Setibanya
di Rumah sakit,aku menanyakan kamar tempat Rafa di rawat pada salah seorang
suster yang ada di sana. Di sebuah kamar bertuliskan VIP 1,aku melihat rafa
terbaring tak berdaya,tangis ku meledak seketika,aku tak sanggup melihat
sahabat yang aku sayang harus menderita seperti ini. Tiba-tiba ibu rafa muncul
di hadapanku,ia memeluk tubuhku erat dan menenangkanku”Tika,kamu harus sabar
ya…Rafa pernah bilang sama Ibu kalau ia sangat merindukan senyum kamu,Rafa
tidak ingin memberitahukan semua ini padamu karena dia tidak ingin kamu
bersedih nak”. Aku berusaha tegar dan menghampiri Rafa yang terbaring di sebuah
ranjang berwarna putih,perlahan ia membuka matanya dan tersenyum padaku
“tik,kamu makin cantik ya….aku bangga punya teman seperti kamu tik.” Rasanya
aku tak sanggup melihatnya seperti ini,ingin rasanya aku berlari dan menjauh,aku
sangat menyayangi Rafa seperti saudaraku sendiri. Aku masih terdiam mendengar
Rafa,mulutku seolah terkunci tak mampu berkata apa-apa.
“tik,aku
pengen benget liat kamu jadi pembicara dalam seminar internasional seperti yang
kamu impikan selama ini. Tik aku pengen banget menikmati keindahan pelangi
bersamamu seperti dulu,berkhayal untuk terbang mengelilingi pelangi yang
indah”. Aku memaksakan diri tersenyum meski sebenarnya aku merasa sangat sakit
melihat sahabatku terbaring seperti ini,”Raf,aku mungkin tak mampu menjadi
seindah pelangi yang kamu kagumi,tapi aku akan berusaha melukis pelangi
untukmu,yang akan selalu menjadi kenangan dalam hidupmu. Aku akan melukis
pelangi itu lewat mimpi-mimpiku Raf.” Rafa kembali tersenyum padaku “tik,aku
percaya padamu,aku percaya kau akan melukis pelangi untukku,a…ku percaya.. tapi
aku nggak akan sempat melihat kaindahan lukisan pelangimu tik,alangkah baiknya
kau melukis pelangi untuk wanita yang selama ini merawatmu tik,yang mencurah
kan cintanya padamu. A..ku….percaya kamu bisa melakukannya Tika”. Aku hanya
diam menahan air mata ku,sesaat kemudian Rafa mengucapkan asmaul husna dan
kalimat tauhid,kemudian aku tak lagi mendengar suaranya,Rafa telah pergi untuk
selamanya. Ibu Rafa yang sedari tadi menemaniku seolah telah siap dengan segala
kemungkinan yang terjadi,bahkan beliau yang menenangkanku”Tika,relakan Rafa
nak…agar jalannya di permudah oleh Allah. Sekarang Rafa bukan milik kita
lagi,dia sudah kembali ke pangkuan sang pencipta”. Aku tak mampu lagi menahan
tangisku,aku belum sanggup berpisah dengan Rafa untuk selamanya,masih banyak
yang ingin kubagi dengannya.
Rafa
di makamkan besok harinya setelah shalat idulfitri,aku dan orang tuaku ikut
mengantar jenazah Rafa ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Aku juga baru
tau ternyata Rafa mengidap kanker leukemia stadium akhir,aku tak pernah
menyangka sahabatku menderita penyakit ganas ini. Aku mencoba merelakan
kepergiannya,allah lebih menyayanginya daripada kami semua,” selamat jalan sahabat…..akan ku tunaikan janjiku padamu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar